Text
Ahangkara : Sengketa Kekuasaan dan Agama
Kisah ini terinspirasi oleh sebuah candi misterius di kampung penulis, Desa Bulu, Bancar, Tuban. Candi tersebut sekarang dikenal dengan nama Kuburan Candi, karena diatasnya terdapat kuburan masyarakat sekitar.Buku ini bercerita tentang sejarah penaklukan tanah Jawa. Demak tak pernah sanggup tidur nyenyak setelah menghancurkan Majapahit pada tahun 1478 dan menobatkan Nyo Lay Wa sebagai raja boneka. Kekuatan yang masih setia pada Majapahit bisa memberontak kapan saja. Penguasa Demak, Trenggana pun menggalang kekuatan untuk menaklukkan tanah Jawa. Dahanapura siap menyambut pasukan Demak setelah mengungsikan rakyatnya dan lontar-lontar Majapahit. Di Tuban, telik sandi disebar, seluruh pasukan disiagakan. Namun, Demak dibayang-bayangi kekuatan yang ingin membelokkan tujuan perang.Ketika Demak berupaya menaklukkan Panarukan, Arya Penangsang, keponakan Trenggana diam-diam menyiapkan kekauatan perang di Jipang Panolan demi membalas dendam atas kematian ayahnya, Pangeran Surawiyata, yang tewas oleh siasat Raden Mukmin, putra Trenggana. Dendam dan persekutuan antar kadipaten yang digalang jaringan telik sandi Tuban pun mengancam ambisi Demak menjadi penguasa tunggal Nusantara. Gempa bumi melanda berkali-kali, pertanda huru-hara besar bakal terjadi. Tanah Jawa berada dalam prahara.
F00072 | 899.221 308 1 MAK a | Perpustakaan (RAK 890) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain